twitter
rss

Showing posts with label pendidikan anak. Show all posts
Showing posts with label pendidikan anak. Show all posts
10 Sep


Oleh: Dra.Lisbet Simanjuntak, M.Pd

Dewasa ini banyak anak yang sudah tamat sekolah tinggi (kuliah) masih belum bisa mendapatkan pekerjaan atau membuka lapangan pekerjaan.
Hal ini dapat mempengaruhi tingginya tingkat pengangguran di negara kita.

Selain itu pada usia yang sudah dewasa, anak masih bergantung pada orangtua dalam hal ekonomi.

Bahkan anak tidak mampu mengambil keputusan ataupun menentukan pilihan...

Sebenarnya jika anak-anak tersebut memiliki ketrampilan sejak dini untuk mandiri, tentu ini bukan menjadi suatu masalah, tetapi menjadi mandiri bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh dengan tiba-tiba. Hal ini memerlukan proses panjang yang harus dimulai sejak usia dini.

Seringkali orangtua atau pengasuh tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika anak mulai enggan berangkat ke kelompok bermain, bahkan kadang menjadi mogok.

Hal itu seringkali disebabkan si anak tidak mampu mengungkapkan perasaannya secara terus terang mengenai masalah yang dihadapi.

Apalagi bagi anak usia dini yang masih berusia 2 - 4 tahun. Tanpa alasan jelas anak usia dini sering mogok.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang tua untuk menghadapi kondisi anak bila mogok tanpa alasan?

Ada banyak hal yang harus diperhatikan oleh orangtua terutama untuk anak usia dini dalam mencari penyebab hal itu bisa terjadi, misalnya dengan bekerja sama dengan pendidik untuk mengarahkan anak agar mau berangkat ke kelompok bermain atau mencari tahu alasan anak tidak mau sekolah.

Salah satu penyebab anak takut ke kelompok bermain adalah masalah kemandirian. Di rumah anak selalu mendapatkan apa yang diinginkan dari orangtuanya dan segala kebutuhannya selalu dilayani oleh orangtuanya, sedangkan di kelompok bermain, anak diajarkan untuk mandiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri dengan sedikit bantuan dari pendidik. Hal ini dapat membuat anak menjadi tidak nyaman di kelompok bermain, karena ia tidak begitu nyaman apabila mengerjakan pekerjaannya sendiri.

Kemandirian anak usia dini berbeda dengan kemandirian remaja ataupun orang dewasa.

Jika definisi mandiri untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain.

Sedangkan untuk anak usia dini adalah kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangan.

Adapun tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini adalah belajar berjalan, belajar makan, berlatih berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan, pembentukan pengertian, dan belajar moral.

Apabila seorang anak usia dini telah mampu melakukan tugas perkambangan, ia telah memenuhi syarat kemandirian.

Tetapi, untuk membentuk kemandirian anak usia dini itu gampang-gampang susah. Hal ini tergantung dari orang tua anak dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan psikologis anak.

Tentu saja ini merupakan tugas orangtua untuk selalu mendampingi anaknya, sebab orangtua adalah lingkungan yang paling dekat dan bersentuhan langsung dengan anak. Peran orangtua atau lingkungan terhadap tumbuhnya kemandirian pada anak sejak usia dini merupakan suatu hal yang penting.
Hal ini mengingat bahwa kemandirian pada anak tidak bisa terjadi dengan sendirinya..!
Anak perlu dukungan, seperti sikap positif dari orangtua dan latihan-latihan ketrampilan menuju kemandiriannya.

Dalam menanamkan kemandirian pada anak, hindarilah perintah dan ultimatum..
Karena dapat membuat anak selalu merasa berada di bawah orangtua dan tidak mempunyai otoritas pribadi.

Disiplin dan rasa hormat tetap bisa dilatih tanpa Anda menjadi galak pada anak.

Mengarahkan, mengajar serta berdiskusi dengan anak akan lebih efektif daripada memerintah, apalagi bila perintah tidak didasari dengan alasan yang jelas. Lama kelamaan anak akan bergantung pada perintah atau larangan Anda dalam melakukan segala sesuatu...!

Senantiasa katakan dan tunjukkan cinta, kasih sayang serta dukungan pada balita secara konsisten, hal ini akan meningkatkan rasa percaya dirinya. Dengan demikian dia akan lebih yakin pada dirinya, serta tidak ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.

Orangtua juga harus bersikap positif pada anak, seperti: memuji, memberi semangat, senyuman,  ancungan jempol atau memberi pelukan hangat sebagai bentuk dukungan terhadap usaha mandiri yang dilakukan anak..

Adanya penghargaan atas usaha anak untuk menjadi pribadi mandiri, terlepas dari apakah pada saat itu ia berhasil atau tidak, menimbulkan perasaan percaya diri . Dengan tumbuhnya perasaan berharga, anak akan memiliki kepercayaan diri yang sangat dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang selanjutnya.

Betapapun kotornya anak pada saat ia mencoba makan sendiri, betapapun tidak rapinya anak pada saat ia mencoba mandi sendiri, betapapun lamanya waktu yang dibutuhkan anak untuk memakai kaus kaki dan memilih sepatu atau baju yang tepat, hendaknya orangtua tetap sabar untuk tidak bereaksi negatif terhadap anak, seperti memburu- burui anak, mencela atau meremehkan anak.

Apabila orangtua/lingkungan bereaksi negatif atau tidak menghargai usaha anak untuk mandiri, maka hal ini akan berdampak negatif pada diri anak, seperti anak bisa tumbuh menjadi seorang yang penakut, tidak berani memikul tanggung jawab, tidak termotivasi untuk mandiri dan cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Selain itu, untuk menjadi pribadi mandiri, seorang anak juga perlu mendapat kesempatan berlatih secara konsisten mengerjakan sesuatu sendiri atau membiasakannya melakukan sendiri tugas-tugas yang sesuai dengan tahapan usianya.

Orangtua atau lingkungan tidak perlu bersikap terlalu cemas, terlalu melindungi, terlalu membantu atau bahkan selalu mengambil alih tugas-tugas yang seharusnya dilakukan anak, karena hal ini dapat menghambat proses pencapaian kemandirian anak.

Kesempatan untuk belajar mandiri dapat diberikan orangtua atau lingkungan dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan pada anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya, sesuai usianya.

Namun demikian peran orangtua atau lingkungan dalam mengawasi, membimbing, mengarahkan dan memberi contoh teladan tetap sangat diperlukan, agar anak tetap berada dalam kondisi atau situasi yang tidak membahayakan keselamatannya.

Bagi anak-anak usia dini, latihan kemandirian ini bisa dilakukan dengan cara melibatkan anak dalam kegiatan praktis sehari-hari di rumah, seperti melatih anak mengambil air minumnya sendiri, melatih anak untuk membersihkan kamar tidurnya sendiri, melatih anak buang air kecil sendiri, melatih anak menyuap makanannya sendiri, melatih anak untuk naik dan turun tangga sendiri, dan sebagainya.

Selain bersikap positif, bersabar dalam melatih anak dan selalu mendukung anak, praktek kemandirian juga perlu diajarkan kepada anak melalui materi ketrampilan hidup dengan konsep-konsep sederhana. Seperti contoh: si anak diajarkan untuk mengerti bahwa semua barang miliknya (sepatu, mainan, boneka, buku cerita dll) diperoleh karena orangtua bekerja untuk mndapatkan penghasilan supaya mampu membeli semua yang dia butuhkan. Karena itu, perlu adanya sikap tegas terhadap anak bahwa tidak semua yang dia inginkan harus dipenuhi pada saat itu juga. Perlu ada waktu menunggu atau mengajarkan si anak untuk menabung terlebih dahulu sebelum membeli sesuatu.

Dengan konsep seperti itu, dalam diri anak akan tertanam nilai untuk menghargai jerih payah orang tua sekaligus belajar menjadi pribadi mandiri. Materi yang bersifat akademis bisa dikatakan sebagai salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang harus dipelajari anak.

Yang utama adalah ketrampilan anak untuk menjadi seorang yang mandiri.

Banyak manfaatnya jika pelajaran mengenai kemandirian diberikan pada anak usia dini. Tidak hanya teori, melainkan mengajak anak untuk mempraktekannya dengan konsep-konsep sederhana tanpa harus menunggu lulus SMA atau lulus Perguruan Tinggi...!

Tentu hasilnya akan lebih efektif dan maksimal jika hal itu diajarkan pada usia dini.

Semakin dini usia anak untuk berlatih mandiri dalam melakukan tugas-tugas perkembangannya, diharapkan nilai-nilai serta ketrampilan mandiri akan lebih mudah dikuasai dan dapat tertanam kuat dalam diri anak.

Untuk menjadi pribadi mandiri, memang diperlukan suatu proses atau usaha yang dimulai dari melakukan tugas-tugas yang sederhana sampai akhirnya dapat menguasai ketrampilan-ketrampilan yang lebih kompleks atau lebih menantang, yang membutuhkan tingkat penguasaan motorik dan mental yang lebih tinggi.
Dalam proses untuk membantu anak menjadi pribadi mandiri itulah diperlukan sikap bijaksana orangtua atau lingkungan agar anak dapat terus termotivasi dalam meningkatkan kemandiriannya.

Latihlah anak usia dini, dengan kesabaran, kecintaan, latihan yang rutin, komitmen, dan doa...

15 Mar

Bagaimana Proses Pembentukan Karakter Anak..
Dalam perkembangannya anak pasti akan mengalami yang dinamakan pembentukan karakter.
Sebagai orang tua ataupun sebagai seorang pendidik dipendidikan anak usia dini atau biasa disingkat dengan paud, begitu juga pendidik di jenjang taman kanak-kanak ataupun sekolah dasar akan cenderung menemui yang dinamakan proses pembentukan karakter anak.
Untuk lebih memahami tentang proses pembentukan karakter anak, anda bisa membaca gambaran dan ilustrasi dibawah ini...

22 Feb

Cara Mendidik Anak Yang Baik
Hanny Muchtar Darta dari EI Parenting Consultant

Perilaku orangtua dalam mendidik sejak dini ternyata berkorelasi langsung dengan sikap, pribadi buah hati di masa mendatang. Jika salah melakukan pengasuhan, yang terjadi justru anak mempunyai sifat atau sikap negatif. Lalu bagaimana mendidik anak yang tepat sehingga menjadi anak hebat (incredible).

Tak ada sekolah khusus untuk menjadi orangtua. Tetapi, orangtua tetap perlu belajar menerapkan pola pengasuhan yang positif pada anak agar dapat membentuk karakter positif anak di masa depan.

Inilah 9 Kiat Mendidik dengan baik
1. Berkomunikasilah secara positif
Orangtua harus mempunyai persepsi bahwa anak itu unik dan mempunyai perbedaan dibandingkan anak yang lainnya. Jadi orangtua harus mempunyai kemampuan untuk membangun bakat yang dimiliki dengan cara yang positif. Kalau ibu ingin anaknya belajar bukan bilangnya "Jangan malas-malas". Tapi akan lebih baik jika mengatakan "Ayo dong semangat belajar".

22 Feb

AYAH DAN BUNDA, JADIKAN AKU ANAK YANG CERDAS DAN BERAKHLAK MULIA

Seminar Parenting yang dimoderatori oleh seorang dosen di UIN Lampung, bu Yuda Septia Fitri,  diawali dengan presentasi oleh bu Heni Lestari, seorang tenaga pengajar sekaligus psikolog pendidikan yang juga trainer, di depan audiens yang tidak kurang dari 250 orang tua, mengulas tentang bagaimana besarnya peran orangtua dalam mendidik anak. Anak-anak tidak hanya membutuhkan nilai iman yang mulia dari orangtuanya, tetapi juga asupan gizi yang seimbang dan rangsangan untuk mengoptimalkan potensi dirinya.

Untuk menjadi orang tua yang sempurna tidaklah mudah, tetapi kita dapat menjadi orang tua yang hebat (Smart Parent) jika mengetahui apa saja yang kita perlukan untuk bisa menjadi orang tua hebat. Diantaranya adalah kita membutuhkan kekuatan paradigma, kekuatan cinta dan kekuatan doa.

18 Jan

Lima Poin Pendidikan Anak Dalam Islam
Bunda, apakah ilmumu hari ini? Sudahkah kau siapkan dirimu untuk masa depan anak-anakmu? apakah kau sudah menyediakan tahta untuk tempat kembali anakmu? Di negeri yang Sebenarnya. Di Negeri Abadi? Mari kita mengukir masa depan anak-anak kita. mari persiapkan diri kita untuk itu.

Hal pertama, tahukah dikau bahwa kesuksesan mendidik anak adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan sejati.

1 Jan

Karakteritik Anak Usia Dini

Spontan

Salah satu ciri anak usia dini adalah spontan. Maksudnya adalah ia akan bertindak atau mengucapkan sesuatu  langsung sesuai yang ia tahu atau ia rasakan.
Nah cerita ini terjadi di kelas kelompok A, usia 4 tahun. Ketika bu guru mengajarkan tentang nama-nama tempat dan kegunaannya, seperti pasar, bengkel, toko matrial, apotik dan lainnya. Maka murid-muridpun berebutan mengangkat tangannya untuk menjawab. Dengan cepat mereka berkata bahwa pasar untuk berbelanja, apotik untuk membeli obat. Nah ketika ditanya tempat apakah matrial itu, semua anak terdiam, tiba-tiba seorang anak mengangkat tangannya dan menjawab "matrial tempat kita beli bakso bu guru.. katanya dengan yakin. Melihat wajahnya yang polos dan jawabannya yang spontan itu, sang gurupun menahan tawanya, karena bu guru memahami bahwa di lingkungan sekolah itu  bila mau membeli bakso, ternyata tempatnya di samping toko matrial. Jadi pengalaman si anak kalau mau beli bakso bersama bundanya, maka sang bunda akan berkata,  "Yuuk kita beli bakso di matrial.."

He..he..he.. jadi tidak salah dong kalau ia menjawab dengan "Spontan" bahwa toko matrial adalah tempat beli bakso.. Wong info yang dia dapat seperti itu..